Manfaat Dan Waktu Yang Tepat Untuk Anak Berpuasa Di Bulan Ramadhan | Majalah Bunda

Manfaat Dan Waktu Yang Tepat Untuk Anak Berpuasa Di Bulan Ramadhan


Saat ini umat muslim memasuki bulan suci Ramadan. Bulan yang penuh berkah dan rahmat. Selama sebulan penuh hingga tiba Hari Raya Idul Fitri semua umat muslim dewasa wajib menunaikan ibadah puasa. Yakni menahan makan dan minum serta menahan hawa nafsu sejak imsak sampai Maghrib.

Bagi keluarga yang mempunyai anak, bulan Ramadan merupakan momentum yang tepat untuk mengajarkan ketaatan pada perintah Allah SWT melalui ajaran berpuasa. Mengajarkan pula kejujuran karena pada ibadah ini hanya dirinya sendiri dan Allah yang mengetahui apakah seseorang itu berpuasa atau tidak.

Namun bagi sebagian orang timbul pertanyaan, pada usia berapa tahun anak sudah bisa berpuasa? Bila anak usia di bawah 10 tahun diajarkan berpuasa apakah tidak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya?

Umumnya keluarga sudah mulai menerapkan puasa untuk anaknya dari sejak usia 5 tahun. Baik berpuasa setengah hari sampai satu hari penuh. Tujuannya untuk membiasakan anak berpuasa sehingga jika sudah besar akan kuat menjalaninya dan mengetahui perintah kewajiban menjalankan puasa.

Untuk mengetahui apakah seorang anak sudah mampu menjalankan ibadah puasa atau belum, orang tua harus memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Seperti apakah memiliki berat badan yang normal atau tidak? Apakah sama seperti perkembangan teman sebayanya?

Jika pertumbuhan dan perkembangan anak normal, bisa dicoba untuk menjalankan ibadah puasa. Namun jika berat badan anak kurang dari standar atau terlihat kurus, sebaiknya tidak memaksa anak untuk berpuasa. Toh dalam ajaran Islam, anak yang belum akil baligh belum wajib berpuasa. Masa akil baligh bagi seorang anak laki-laki biasanya diawali dengan peristiwa ’mimpi’.

Sedangkan bagi seorang anak perempuan dimulai dengan terjadinya menstruasi. Sedangkan secara mental, seseorang dikatakan akil baligh bila sudah mampu mengetahui, memahami, dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dari sisi kesehatan, belum ada kesepakatan antara para ahli mengenai batasan kapan anak dapat diajari berpuasa.

Ahli pangan dan gizi IPB Hardinsyah dan spesialis klinis dari Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia Fiastuti Witjaksono, sepakat jika latihan berpuasa dimulai setelah anak berusia 5 tahun. Praktisi kesehatan lain menyarankan, anak bisa diajari berpuasa pada usia 6, 7, 8 tahun atau disesuaikan dengan kemampuan anak. Antara lain dengan memperhatikan kondisi fisik serta kebutuhan energi yang diperlukan anak untuk beraktivitas sepanjang hari.

Pasalnya usia kanak-kanak adalah usia yang penuh aktivitas motorik yang sangat menguras energi sehingga sangat membutuhkan zat gizi yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Jika asupan anak gizi tidak mencukupi ada kekhawatiran pertumbuhan dan perkembangannya dapat terganggu. Karena itu, jika anak tetap berpuasa, usahakan tidak sampai mengurangi jumlah asupan yang harus diberikan.

Caranya, ajarkan anak puasa secara bertahap, mulai dari puasa setengah hari hingga puasa sehari penuh agar anak tidak terkejut menerima perubahan.

Bulan Ramadan merupakan momentum terbaik bagi orang tua untuk mendidik ketaatan dan kepatuhan anak. Khususnya dalam beribadah pada Alah SWT sekaligus pendidikan mental dan sosial.

Hasil riset Muhammad Mustafa al Samri, Guru Besar Emeritus  pada Universitas King Sa’ud, Riyad,  yang dituangkan dalam buku Washaya al Aba'  fi Shiyam al Abna' (Pesan Orang Tua tentang Puasa Anak), menunjukkan:

Pertama, anak-anak yang sudah diajari berpuasa di Bulan Ramadan mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak berpuasa.

Kedua, anak yang berpuasa cenderung lebih mampu mengemban tanggung jawab (amanah) dan lebih cepat dewasa dalam bersikap, berpikir, dan berperilaku.

Ketiga, melalui puasa, anak dididik untuk berdisiplin waktu. Mereka membiasakan diri bangun lebih pagi, salat Subuh berjamaah, bertadarus bersama keluarga, dan belajar.

Keempat, puasa juga mendidik anak untuk berlatih sabar dalam menahan rasa lapar dan dahaga, sabar dalam mengendalikan diri dari kebiasaan ’serba enak’, dan kemanjaan-kemanjaan lainnya.

Sementara itu, sebuah penelitian di Amerika Serikat mengatakan, anak yang dibiasakan bangun malam atau pada waktu sahur akan memiliki kebugaran tubuh yang prima.

Sebagian ahli pendidikan Islam berpendapat, sebaiknya anak diajari berpuasa pada usia tujuh tahun dan diwajibkan pada usia 10 tahun sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW. Namun, latihan puasa harus diberikan secara bertahap, sesuai kemampuan fisik anak.

Ada baiknya dimulai  latihan puasa sejak makan sahur bersama keluarga dan diperkenankan berbuka pada waktu Dhuhur, kemudian dilanjutkan lagi berpuasa hingga Magrib. Hari berikutnya, anak dilatih puasa hingga Ashar, dan akhirnya puasa dari waktu sahur hingga Magrib.

Dalam pembiasaan ini, pengawasan dan motivasi dari orang tua sangat penting agar anak tidak mudah tergoda oleh teman-temannya yang kebetulan tidak puasa.

Post a Comment

0 Comments